Rabu, 12 Februari 2014

Sunset Bersama Rosie [The Atjeh Post]

rolshop.co
Judul Buku : Sunset Bersama Rosie 
Penulis : Tere Liye                                                         
Penerbit : MAHAKA Publishing 
Tebal : 426 halaman 
ISBN : 978-602-98883-6-2 
Cetakan I : November 2011   

SIAPAPUN pernah jatuh cinta, tak terkecuali Tegar Karang. Pemuda itu memendam cinta pada Rosie, teman sepermainannya sejak kecil. Sayangnya Tegar tak pernah berani menyatakan perasaannya pada Rosie. Ia membungkus semuanya menjadi hubungan pertemanan yang tak terlupakan.

Suatu hari Tegar mengenalkan Rosie pada Nathan. Dua bulan setelahnya Nathan dan Rosie jadian, enam bulan kemudian setelah wisuda keduanya menikah. Karena patah hati Tegar meninggalkan Lombok dan pergi ke Jakarta. Ia memutuskan pergi dari kehidupan Rosie dan Nathan. Di Jakarta, Tegar mengenal Sekar. Awalnya hanya teman curhat, belakangan keduanya menjadi sepasang kekasih.

“Dua bulan Nathan sebanding dengan dua puluh tahun milikku. Masa lalu mereka yang indah, sekaligus masa laluku yang getir,” begitu Tegar mengilustrasikan luka hatinya (Hal 9).


Tiga belas tahun kemudian Nathan meninggal dunia dalam sebuah tragedi di Bali. Ia meninggalkan Rosie bersama keempat anak-anak mereka; Anggrek, Sakura, Jasmine dan Lili. Tegar yang sejak delapan tahun silam mulai berdamai dengan takdir, kembali terseret dalam arus kehidupan Rosie. Pertanyaannya mampukah Tegar Karang menjadi sekokoh karang yang tegar dari empasan ombak di lautan?

 ***

Sunset Bersama Rosie mengangkat kisah cinta tak sampai dua tokoh utamanya. Pintu masuk cerita berawal dari obrolan antara Tegar dan keluarga Rosie yang berlangsung melalui tele-conference. Tegar di Jakarta, sedangkan Rosie di Jimbaran, Bali. Keluarga ini sebenarnya tinggal di Gili Trawangan, Lombok. Mereka ke Bali untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-13.

Lewat obrolan ini pembaca seolah melihat kembali detik-detik terjadinya bom Bali. Tragedi bom Bali terjadi dua kali, pertama pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang. Kedua pada 1 Oktober 2005 dan menewaskan sekitar 23 orang dan 196 lainnya luka-luka.

Ini bukan pertama kalinya Tere Liye mengangkat kisah nyata menjadi sebuah cerita fiksi yang menggugah. Sebelumnya ia juga meramu cerita korban tsunami Aceh lewat novel Hafalan Shalat Delisa yang mengharukan. Belakangan novel tersebut difilmkan dan sukses di pasaran. Tapi fiksi tetaplah fiksi, pembaca tak boleh terjebak pada setiap potongan cerita yang disajikan. Begitu juga dalam novel ini.

Setelah tahu apa yang terjadi, Tegar langsung terbang ke Bali. Lewat sudut pandang ‘aku’ pembaca menyaksikan apa yang dialami para tokoh lewat kacamata Tegar. Kepanikan, khawatir, kesedihan dan kesibukan Tegar dalam menghadapi situasi tersebut tergambarkan dengan jelas.

Demi mengurusi keluarga Rosie, Tegar sampai lupa jika besok ia akan melangsungkan pertunangan dengan Sekar. Tegar punya alasan kuat untuk itu. Penjelasannya bisa disimak di halaman 39. “Rosie hanya punya satu keluarga, Oma-nya, …. Sejak orangtua Rosie, Nathan dan aku meninggal, hanya itu keluarga kami bertiga,”

Tegar digambarkan sebagai sosok yang nyaris sangat sempurna. Setelah Nathan meninggal dan Rosie masuk shelter untuk terapi jiwa, Tegar mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga itu. Ia meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. Memilih mengurus resort milik Rosie dan ke-empat anak-anaknya di Gili trawangan. Dua tahun lamanya, sampai-sampai Tegar lupa punya janji kehidupan bersama dengan Sekar.

Kecuali dalam novel, rasa-rasanya sangat sulit menjadi Tegar dalam kehidupan nyata. Tegar sanggup bolak-balik Lombok-Bali secara rutin selama dua tahun untuk mengontrol keadaan Rosie di shelter. Ia mengembangkan resort di Gili Trawangan dengan baik, bahkan sedang mempersiapkan cabang di Bali.

Di tangannya anak-anak Rosie tumbuh menjadi anak-anak luar biasa; Anggrek pandai menulis, Sakura pandai main biola, Jasmine pandai merajut. Kecuali Lili yang masih balita. Untuk Tegar yang masih lajang tampaknya ini memang ‘luar biasa’. Selama membaca novel ini saya sempat bertanya-tanya “Apa yang tidak bisa dilakukan Tegar?” Sampai-sampai (masih) harus menjadi seorang kepala desa.

Kesempurnaan Tegar berhasil 'membuang' Nathan dalam ingatan anak-anak Rosie. Termasuk dalam momen paling penting sekalipun. Di bagian ke-16, pada bab Resital Biola Sakura semua itu tersurat jelas. "Sakura di atas panggung menatap kosong kursiku yang kosong" (hal 335). Padahal jika sedikit saja Nathan dihadirkan dalam bagian ini, cerita akan lebih menggugah hati pembaca. Rosie secara tak langsung juga 'kehilangan' perannya sebagai seorang ibu.

Tegar selalu mampu melakukan yang terbaik. Kecuali soal ke mana hatinya harus berlabuh. Selama bertahun-tahun ia terkatung-katung dengan perasaannya sendiri. Pria dewasa yang tak bisa move on. Soal ini Tegar justru menjadi sosok yang plin-plan, bingung menentukan nasibnya sendiri antara memilih Rosie atau Sekar. Semuanya tergambar lewat potongan cerita yang terbagi menjadi 21 bagian dengan alur maju mundur.

Di balik judulnya yang memikat, aroma muram terasa sangat kental dari gambar sampulnya. Secara keseluruhan mewakili alur cerita. Hanya saja minimnya kata sambung memberi efek tak nyaman saat membaca novel ini. Namun kelemahan itu tertutup dengan gaya bercerita yang puitis, banyak quotes yang menarik dalam novel ini.[]

tulisan ini sudah dipublikasikan di atjehpost

4 komentar:

  1. Sepertinya ceritanya menarik ya han. Apalagi ini kisah cinta. Tere Liye kan akhir-akhir lebih suka menulis novel yang berbau politik ya kayak negeri di ujung tanduk dan negeri bedebah. yang terakhir juga gitu.
    btw, apa novelnya recommende?

    BalasHapus
  2. Eky secara karakter aku suka dengan novel ini hahahahah.... entah rasanya kok gue banget gitu, tapi yang namanya review kan aku harus bikin yang objektif lah...seperti yang kutulis di atas, aku sempat kesel sama Tegar yang sempurna kali jadi orang

    BalasHapus
  3. Ini novel romatis habis, cinta tak kenal batas waktu :D hanya saja kasian sekarnya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kasihan Sekar, dan kesal sama Tegar yang ngga mencerminkan nama dirinya hahaa

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar di Kutub Boekoe :)